Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

#KAMUHARUSTAU #BERBAGIFAKTA #BERBAGIILMU

Tulip dan Bapau: Animasi Edukatif Karya Jessica Marshiela Agustiene, Mengubah Kekhawatiran Menjadi Tindakan Nyata

Sukabumi - Di era digital yang didominasi oleh perangkat pintar, kekhawatiran akan dampak negatif penggunaan gadget pada anak usia dini semakin meningkat. Terutama selama pandemi COVID-19, ketika pembelajaran daring menjadi norma, anak-anak terpapar pada konten digital yang seringkali tidak terfilter. Melihat keresahan ini, Jessica Marshiela Agustiene meluncurkan "Tulip dan Bapau," sebuah animasi literasi edukatif yang dirancang untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari konten negatif dan menanamkan nilai-nilai positif.

"There is great difference between worry and concern. A worried person sees a problem, and a concerned person solves a problem." Kutipan dari Harold Stephen ini menjadi landasan bagi Jessica Marshiela Agustiene dalam menciptakan "Tulip dan Bapau." Alih-alih tenggelam dalam kekhawatiran, ia memilih untuk bertindak nyata dan menciptakan solusi.

"Tulip dan Bapau" menampilkan dua karakter utama: Tulip, kakak yang informatif, dan Bapau, adik yang penuh rasa ingin tahu. Animasi ini terinspirasi dari dinamika hubungan kakak-adik, dengan tujuan memberikan "goresan positif" pada "kertas putih" anak-anak usia 7-12 tahun.

Inovasi ini berawal dari keresahan pribadi terhadap paparan konten media sosial yang tidak terkontrol pada anak-anak di lingkungan sekitar. "Saya melihat bagaimana anak-anak dengan mudah mengakses konten yang tidak sesuai dengan usia mereka, dan ini sangat mengkhawatirkan," ungkap Jessica Marshiela Agustiene.

"Tulip dan Bapau" saat ini tersedia di kanal YouTube, dan telah mencapai lebih dari 1000 penonton. Animasi ini telah berkolaborasi dengan berbagai instansi, termasuk sekolah formal, PKBM, TBM, perpustakaan, pemerintah, dan komunitas literasi. Kolaborasi ini bertujuan untuk memperluas jangkauan dan dampak positif animasi ini dalam meningkatkan minat literasi pada anak-anak.

Inovasi ini pertama kali diperkenalkan dalam kompetisi "Pemilihan Duta Baca Kota Sukabumi 2022," di mana Jessica Marshiela Agustiene meraih juara 2. Kemudian, inovasi ini dibawa ke tingkat Jawa Barat dalam "Pemilihan Duta Baca Jawa Barat 2022," yang semakin memperluas jangkauannya.

"Harapan saya, 'Tulip dan Bapau' dapat terus menjadi konten positif yang bermanfaat bagi anak-anak di dunia digital," ujar Jessica Marshiela Agustiene. "Saya juga berharap animasi ini dapat mendorong orang tua untuk lebih aktif mengenalkan literasi kepada anak-anak mereka."

"Tulip dan Bapau" adalah contoh nyata bagaimana inovasi dapat menjadi solusi untuk masalah sosial. Animasi ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik, dan diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi generasi muda Indonesia.

Analisis Ilmiah:

  • Dampak Psikologis: Animasi edukatif seperti "Tulip dan Bapau" dapat memberikan dampak positif pada perkembangan kognitif dan emosional anak-anak. Konten yang dirancang dengan baik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan empati.
  • Literasi Digital: Di era digital, literasi tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi digital secara bijak. "Tulip dan Bapau" berperan dalam mengembangkan literasi digital pada anak-anak dengan menyajikan konten yang edukatif dan relevan.
  • Peran Orang Tua: Orang tua memiliki peran penting dalam membimbing anak-anak dalam penggunaan media digital. Animasi "Tulip dan Bapau" dapat menjadi alat bantu bagi orang tua dalam mengenalkan literasi dan nilai-nilai positif kepada anak-anak mereka.

Dengan terus mengembangkan konten yang inovatif dan relevan, "Tulip dan Bapau" berpotensi menjadi salah satu sumber literasi digital yang terpercaya bagi anak-anak Indonesia.


Editor

Kensa